Halaman

16 Februari 2012

Obrolan Ringan Tentang Creatio Ex Nihilo

   Apa yang dimaksud dengan Creatio ex nihilo?
Kitab Kejadian pasal 1 :1-2 yang berbunyi  “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudra raya, dan Roh Allah melayang- layang di atas permukaan air…”  adalah awal penciptaan Allah akan adanya bumi beserta seluruh isinya.  Ayat ini sering disebut- sebut sebagai Creatio ex nihilo.
            Creatio  diterjemahkan ke dalam bahasa inggris ‘Creation’ adalah penciptaan, kreasi  sedangkan ex nihilo lebih diartikan sebagai sesuatu ketiadaan. Dari terjemahan ini istillah creatio ex nihilo dapat diartikan suatu kreasi atau penciptaan dari suatu ketiadaan.
            Yonky Karman dalam bukunya mengatakan creatio ex nihilo dalam kaitannya dengan teologi penciptaan adalah kemampuan Allah menciptakan dunia dari tidak ada apa- apa. Creation ex nihilo ini dihubungkan dengan doktrin penciptaan Allah pada masa awal pembentukan dunia.

Mengapa istilah creation ex nihilo digunakan dalam alkitab untuk membahas tentang  
   penciptaan? 

            Secara gamblang Akitab menjelaskan usaha Allah menciptakan bumi. Namun banyak buku mengatakan Allah menciptakan segalanya dipermukaan bumi ini dengan suatu usaha yang bersifat supernatural. Dengan demikian,  dunia ini tercipta melalui suatu cara yang sama sekali berbeda dari apa yang dilihat. John C. Whitcomb memaparkan dalam bukunya yang berjudul Bumi Yang Semula (1992), bahwa sekarang ini mutlak tak ada yang diciptakan langsung selain dari bahan- bahan yang sudah ada sebelumnya, dan para ilmuan menyatakan kebenaran dasar ini menurut  hukum pertama termodinamika (yaitu : energy tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan). Penciptaan yang murni tak dapat lagi dicapai seperti pada pernyataan yang jelas dalam alkitab (Kej 2:1-3). Jadi ketika Allah mmenciptakan langit dan bumi, laut beserta segala isinya, Ia melakukannya tanpa bahan-bahan “pra- ada” (preexistent materials) dimanapun. Maka dalam sekejap langit dan bumi terbentang menjadi ada. Para ahli teolog menyebut hal ini adalah Creatio Ex Nihilo yang berarti suatu penciptaan yang bermula dari kehampaan. Berangkat dari pemahaman inilah creatio ex nihilo dijadikan suatu doktrin berkaitan dengan proses penciptaan Allah dan telah digunakan untuk membahas tentang penciptaan. 

   Bukti bahwa penciptaan dalam alkitab adalah Creatio ex nihilo?
Creatio ex nihilo yang dimaksudkan adalah sebuah penciptaan yang berfokus pada kemahakuasaan Allah yang mampu menciptakan dunia dari tidak ada apa- apa. Yonky Karman menjelaskan dalam bukunya bahwa bara (bahasa ibrani : ‘menciptakan’) sebagai kata kerja ibrani yang mendukung pemahaman creatio ex nihilo. Bara muncul sebanyak 48 kali dalam seluruh PL dengan subjek selalu merujuk kepada Allah. Akar  kata ini menunjukan unsur kebaruan tindakan Allah untuk mencipta. Tindakan Allah ini adalah sesuatu yang murni tanpa tandingan.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, unsur preexsistent materials (Kej 1:1-2) yang mencoba membantu pemahaman teologi penciptaan dari suatu kehampaan (creatio ex nihilo). Ungkapan seperti inilah membantu jika kita memahaminya dalam arti bahwa wujud- wujud fisik diciptakan dari sumber- sumber yang non fisik dari kemahakuasaan Allah. hal ini dapat dilihat pada Kej 20 :11; bandingkan dengan 31:17; Nehemia 9:6.  Dari perbandingan ini terlihat Allah adalah Allah  yang memiliki kemampuan supernatural dan kuasa kendali yang mampu menciptakan  yang belum pernah terjadi.

Apakah penciptaan manusia adalah creatio ex nihilo? Buktikan!
Mengikuti pendekatan umum dari pasal- pasal awal kejadian, beberapa ilmuan Kristen telah menganut  pandangan bahwa tubuh adam hanyalah semacam tubuh binatang yang dengan mujur telah berevolusi menjadi mahluk berkaki dua melalui jutaan tahun dari perubahan yang berangsur- angsur sampai Allah menaruhkan ke dalamnya suatu jiwa yang kekal beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Bagi mereka yang bersedia untuk mencari kitab- kitab suci dan percaya apa yang akan dikatakan oleh buku- buku dan para ilmuan tersebut, tak ada yang lebih jelas dari kenyataan bahwa Allah menciptakan tubuh adam langsung dengan keadaan terpisah dengan material pemakaian binatang sebelumnya.
Berbeda dengan banyak pendapat yang telah dipaparkan dalam paragraph sebelumya, Christoph Barth dalam bukunya mengatakan bahwa manusia telah Allah jadikan sendiri dari debu tanah (adam dan adamah, kata ibrani untuk tanah; Kej 2;7; Pkh 3:20; Mazmur 89:48) pada hari penciptaan yang keenam, sama dengan binatang sehingga ia bertubuh.  Manusia bukanlah mahluk yang tidak ‘mempunyai’ tubuh atau daging; ia sendirilah tubuh dan daging itu. Christoph Barth dalam bukunya mengutip pernyataan    S. Mcfague bahwa manusia dan alam terdiri atas zat kimia yang sama dan  dibuat dari abu- abu binatang- binatang.  Dari pemahaman inilah muncul suatu pengertian bahwa manusia bergantung seutuhnya terhadap binatang serta tumbuh- tumbuhan. Dengan demikian dalam kerendahannya inilah manusia bergantung semata- mata pada kemurahan Allah yang dipenuhi berkat dan kelimpahannya. 
John C Witchomb membuktikan dalam bukunya bahwa penciptaan manusia dalam Alkitab berasal dari debu. Debu dalam proses pernyataan ini diartikan sunguh- sungguh secara harafiah. Dua hal yang menarik yang dikatakannya adalah jika manusia diciptakan berasal dari debu dan tanah darimana adam diambil (1) semak dan duri akan dihasilkannya, dan (2)  adam akan kembali ke debu. Maka, jika ‘debu dan tanah’ merupakan symbol dari kerajaan binatang didalam kej 2:7, apakah arti sesungguhnya? Apakah teks bacaan ini berarti bahwa binatang- binatang menghasilkan semak duri dan rumput duri sebagai akibat dari kutukan? Dan apakah itu berarti bahwa adam akan kembali dengan kerajaan binatang ketika ia mati? Bagi mereka yang percaya reinkarnasi mungkin memihak kepada gagasan tersebut, namun seorang evolusionis teistik kemungkinan besar tidak ingin memakainya sebagai teks bukti untuk  konsep ‘debu yang hidup’. Jadi menurut pendapat John.C Witchomb hukum penafsiran konteks menuntut bahwa ‘debu dari tanah’ dalam kej 2:7 diinterpretasikan secara harafiah atau benda sesungguhnya, dan dipisahkan sama sekali dari kemungkinan seekor binatang nenek moyang untuk manusia.  
Beberapa pendapat diatas mengenai  penciptaan manusia dapat ditarik kesimpulan bedasarkan pemahaman serta penafsiran Alkitab bahwa sesungguhnya adam dan hawa diciptakan karena unsur supernatural Allah. Manusia bukanlah hasil evolusi dari kerajaan binatang atau sejenisnya. Manusia diciptakan melalui sarana fisik dan unsur keilahian Allah (bukanlah creatio ex nihilo) dan  bukan hanya secara rohaniah.