Author : Bernadetta Robertha
Date : 20 Mei 2012/ 03:41 am
Masih Tanggung Jawab Anda !
Istilah kekeringan rohani kerap muncul ketika
orang percaya merasa apa yang dibutuhkannya dalam lingkup rohani kurang
tercukupi. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Pendeta yang kurang
memberikan firman yang tepat (tidak peka pada kebutuhan rohani jemaat),
komunitas yang jauh dari Tuhan atau alasan lainnya yang masuk akal.
Merasa terpenjara dengan pemikiran sendiri,
melamunkan hal- hal yang tak penting untuk ikut disalahkan.
Mencoba mengambil fakta yang terjadi dalam diri
saya secara pribadi ketika saya merasakan apa yang terjadi dalam diri saya
adalah seutuhnya adalah kesalahan dari komunitas. Komunitas yang pemimpin kurang
mengayomi, orang- orang yang terlibat di
dalamnya kurang memberikan respon yang baik. Saat lemah memang semuanya menjadi
mungkin untuk disalahkan. termasuk kesalahan yang ditujukan kepada diri
sendiri.
Namun apa yang saya alami mungkin bagi anda tak
sebanding dengan kekeringan rohani yang anda rasakan. Percayalah semua manusia
dipercayakan Allah dengan porsi yang cukup bagi masing- masing pribadi. Dia tak
pernah memberikan porsi yang berlebihan. Dia benar- benar mengetahui batasan
diri saya dan saudara.
Ambilah waktu beberapa menit bagi diri anda
untuk sekedar mereview apa yang terjadi, jika anda orang yang sistematis,
mulailah dengan mencatat semua yang anda rasa patut untuk disalahkan. Tetapi
jangan lupa cantumkan pula apakah diri
anda yang secara langsung atau tidak langsung memberikan kontribusi pada kekeringan rohani
diri anda.
sudah ketemu? apakah anda menemukan akar
permasalahannya. Siapa yang paling bertanggung jawab atas kekeringan rohani
anda? atau siapakah yang paling bertanggung jawab atasnya?
semua jawaban orang didunia ini adalah sama.
semua jawaban yang hampir paling pasti adalah diri anda sendiri. bukan guyonan belaka jika saya menuliskan
bahwa anda adalah orang yang terlalu munafik. munafik untuk mengakui kalau
semua pangkal permasalahan adalah karena diri anda sendiri.
bukan satu atau dua kali saja anda pernah
membuat kesalahan dan menghasilkan sesuatu yang buruk. itu manusiawi. dan
sangat lumrah jika semua perasaan buruk ada pada anda.
satu kalimat yang sangat memberkati saya dan
menginspirasi saya untuk menuliskan beberapa paragraf mengenai betapa dasyatnya
kalimat ini mempengaruhi hidup saya.
“Dengan menggunakan respon yang tepat semua
masalah dapat dilihat dari sudut pandang yang benar”
ya... eksrak dari kalimat diatas adalah respon.
Apapun permasalahan yang anda alami saat ini, terlepas dari besar atau kecilnya
permasalahannya, yang terpenting untuk menyelesaikan dengan baik dan benar
adalah respon yang tepat.
Jika anda salah satu langkah saja memberikan
respon, masalah sepele saja bisa berubah menjadi bom atom yang menghancurkan.
Jika anda telah mulai merasakan adanya rasa haus namun tak terpuaskan. atasilah
dengan tetap memberikan respon yang baik. Yaitu dengan tetap mengusahakan diri
anda tetap pada jalur Allah. Hitunglah berapa banyak hal ajaib yang telah Allah
nyatakan. Biasakanlah mengucapkan syukur atas setiap berkatNya. Dan jangan
pernah andalkan orang lain untuk memuaskan dahaga hati anda. Mungkin banyak
hamba Tuhan yang luar biasa. Namun ingatlah bahwa mereka juga manusia yang dipakai Allah untuk menjadi
alatnya. Masih saja terkadang tidak dapat sempurna seperti yang anda kehendaki.
Mereka boleh menabur namun yang memutuskan untuk bertumbuh adalah diri anda
sendiri.
Maka mulailah langkah kecil anda dengan
memberikan respon yang benar. Tuhan memberikan anda hati untuk merasakan dan
otak untuk berpikir. Gunakanlah semua yang telah diberikan secara maksimal.
Jika semua hal indah diberikan Allah secara cuma- cuma, maka anda wajib
memaksimalkannya sebagai bentuk penghargaan. Ingatlah bahwa Allah tak menuntut
penghargaan akan diriNya. Dia hanya menginginkanmu untuk menghargai diri anda
sendiri.
Anda dan saya adalah ciptaanNya yang sangat
berharga. Meresponi dengan baik dan menggunakan cara Allah adalah trek terbaik untuk penempatan hidup yang
bahagia. Dunia dan akhirat.
Tetaplah Bertumbuh !
Bernadetta Robertha/www.tfole.blogspot.com