Kitab Kejadian pasal 1 :1-2 yang
berbunyi “pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudra
raya, dan Roh Allah melayang- layang di atas permukaan air…” adalah awal penciptaan Allah akan adanya bumi
beserta seluruh isinya. Ayat ini sering
disebut- sebut sebagai Creatio ex nihilo.
Creatio diterjemahkan ke dalam bahasa inggris ‘Creation’ adalah penciptaan,
kreasi sedangkan ex nihilo lebih diartikan sebagai sesuatu ketiadaan. Dari
terjemahan ini istillah creatio ex nihilo
dapat diartikan suatu kreasi atau penciptaan dari suatu ketiadaan.
Yonky Karman dalam bukunya
mengatakan creatio ex nihilo dalam
kaitannya dengan teologi penciptaan adalah kemampuan Allah menciptakan dunia
dari tidak ada apa- apa. Creation ex nihilo ini dihubungkan dengan doktrin
penciptaan Allah pada masa awal pembentukan dunia.
Mengapa istilah creation ex nihilo digunakan dalam alkitab untuk membahas tentang
penciptaan?
Secara gamblang Akitab menjelaskan usaha Allah menciptakan bumi. Namun banyak buku mengatakan Allah menciptakan segalanya dipermukaan bumi ini dengan suatu usaha yang bersifat supernatural. Dengan demikian, dunia ini tercipta melalui suatu cara yang sama sekali berbeda dari apa yang dilihat. John C. Whitcomb memaparkan dalam bukunya yang berjudul Bumi Yang Semula (1992), bahwa sekarang ini mutlak tak ada yang diciptakan langsung selain dari bahan- bahan yang sudah ada sebelumnya, dan para ilmuan menyatakan kebenaran dasar ini menurut hukum pertama termodinamika (yaitu : energy tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan). Penciptaan yang murni tak dapat lagi dicapai seperti pada pernyataan yang jelas dalam alkitab (Kej 2:1-3). Jadi ketika Allah mmenciptakan langit dan bumi, laut beserta segala isinya, Ia melakukannya tanpa bahan-bahan “pra- ada” (preexistent materials) dimanapun. Maka dalam sekejap langit dan bumi terbentang menjadi ada. Para ahli teolog menyebut hal ini adalah Creatio Ex Nihilo yang berarti suatu penciptaan yang bermula dari kehampaan. Berangkat dari pemahaman inilah creatio ex nihilo dijadikan suatu doktrin berkaitan dengan proses penciptaan Allah dan telah digunakan untuk membahas tentang penciptaan.
Bukti bahwa penciptaan dalam alkitab adalah Creatio ex nihilo?
Creatio ex nihilo yang dimaksudkan
adalah sebuah penciptaan yang berfokus pada kemahakuasaan Allah yang mampu
menciptakan dunia dari tidak ada apa- apa. Yonky Karman menjelaskan dalam
bukunya bahwa bara (bahasa ibrani :
‘menciptakan’) sebagai kata kerja ibrani yang mendukung pemahaman creatio
ex nihilo. Bara muncul sebanyak 48
kali dalam seluruh PL dengan subjek selalu merujuk kepada Allah. Akar kata ini menunjukan unsur kebaruan tindakan
Allah untuk mencipta. Tindakan Allah ini adalah sesuatu yang murni tanpa
tandingan.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
unsur preexsistent materials (Kej
1:1-2) yang mencoba membantu pemahaman teologi penciptaan dari suatu kehampaan
(creatio ex nihilo). Ungkapan seperti inilah membantu jika kita memahaminya
dalam arti bahwa wujud- wujud fisik diciptakan dari sumber- sumber yang non
fisik dari kemahakuasaan Allah. hal ini dapat dilihat pada Kej 20 :11; bandingkan
dengan 31:17; Nehemia 9:6. Dari
perbandingan ini terlihat Allah adalah Allah
yang memiliki kemampuan supernatural dan kuasa kendali yang mampu
menciptakan yang belum pernah terjadi.
Apakah penciptaan manusia adalah creatio ex nihilo? Buktikan!
Mengikuti pendekatan umum dari pasal-
pasal awal kejadian, beberapa ilmuan Kristen telah menganut pandangan bahwa tubuh adam hanyalah semacam tubuh binatang yang dengan mujur telah
berevolusi menjadi mahluk berkaki dua melalui jutaan tahun dari perubahan yang
berangsur- angsur sampai Allah menaruhkan ke dalamnya suatu jiwa yang kekal
beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Bagi mereka yang bersedia untuk mencari
kitab- kitab suci dan percaya apa yang akan dikatakan oleh buku- buku dan para
ilmuan tersebut, tak ada yang lebih jelas dari kenyataan bahwa Allah
menciptakan tubuh adam langsung dengan keadaan terpisah dengan material pemakaian
binatang sebelumnya.
Berbeda dengan banyak pendapat yang
telah dipaparkan dalam paragraph sebelumya, Christoph Barth dalam bukunya
mengatakan bahwa manusia telah Allah jadikan sendiri dari debu tanah (adam dan adamah, kata ibrani untuk
tanah; Kej 2;7; Pkh 3:20; Mazmur
89:48) pada hari penciptaan yang keenam, sama dengan binatang sehingga ia
bertubuh. Manusia bukanlah mahluk yang
tidak ‘mempunyai’ tubuh atau daging; ia sendirilah tubuh dan daging itu. Christoph
Barth dalam bukunya mengutip pernyataan S. Mcfague bahwa manusia dan alam
terdiri atas zat kimia yang sama dan
dibuat dari abu- abu binatang- binatang.
Dari pemahaman inilah muncul suatu pengertian bahwa manusia bergantung
seutuhnya terhadap binatang serta tumbuh- tumbuhan. Dengan demikian dalam
kerendahannya inilah manusia bergantung semata- mata pada kemurahan Allah yang
dipenuhi berkat dan kelimpahannya.
John C Witchomb
membuktikan dalam bukunya bahwa penciptaan manusia dalam Alkitab berasal dari
debu. Debu dalam proses pernyataan ini diartikan sunguh- sungguh secara
harafiah. Dua hal yang menarik yang dikatakannya adalah jika manusia diciptakan
berasal dari debu dan tanah darimana adam diambil (1) semak dan duri akan
dihasilkannya, dan (2) adam akan kembali
ke debu. Maka, jika ‘debu dan tanah’ merupakan symbol dari kerajaan binatang
didalam kej 2:7, apakah arti sesungguhnya? Apakah teks bacaan ini berarti bahwa
binatang- binatang menghasilkan semak duri dan rumput duri sebagai akibat dari
kutukan? Dan apakah itu berarti bahwa adam akan kembali dengan kerajaan
binatang ketika ia mati? Bagi mereka yang percaya reinkarnasi mungkin memihak
kepada gagasan tersebut, namun seorang evolusionis teistik kemungkinan besar
tidak ingin memakainya sebagai teks bukti untuk
konsep ‘debu yang hidup’. Jadi menurut pendapat John.C Witchomb hukum
penafsiran konteks menuntut bahwa ‘debu dari tanah’ dalam kej 2:7
diinterpretasikan secara harafiah atau benda sesungguhnya, dan dipisahkan sama
sekali dari kemungkinan seekor binatang nenek moyang untuk manusia.
Beberapa pendapat diatas mengenai penciptaan manusia dapat ditarik kesimpulan
bedasarkan pemahaman serta penafsiran Alkitab bahwa sesungguhnya adam dan hawa
diciptakan karena unsur supernatural Allah. Manusia bukanlah hasil evolusi dari
kerajaan binatang atau sejenisnya. Manusia diciptakan melalui sarana fisik dan
unsur keilahian Allah (bukanlah creatio ex nihilo) dan bukan hanya secara rohaniah.